Kemarau Agustus
By: Lia Maryani
Kemana ia pergi, aku akan ikut
Karena aku dedaunan yang bersembunyi,
Di balik tangkai yang tak lagi kokoh
Tapi aku kehilangan arah angin di persimpangan jalan
Karena angin berembus dan berlalu begitu cepat,
Digantikan debu-debu sisa kemarau
Yang memeluk erat lalu membuat dedaunan terlepas,
Jatuh ke dasar tempat hembusanmu tertinggal
Menginginkanmu adalah seperti ombak
Menyentuh kaki-kaki kecil dengan lembut,
Menariknya dan membuatnya terjatuh lebih dalam
Tapi kaki kecil itu enggan kembali,
Membiarkan dirinya dibawa jilatan ombak
Yang menjanjikan mutiara di dasar lautan
Membenamkanmu dalam pikiran adalah seperti api
Yang gemeletuknya semakin besar,
Saat aku berusaha mengeluarkanmu dari ingatan
Dan aku segera membalut kulit yang robek
Mengingat diriku yang terlanjur jatuh dan terluka
Mengejarmu seperti berlari mengikuti bayangan
Yang jaraknya tak pernah terduga
Namun saat diriku terduduk,
Untuk memahami jejak yang tersisa di belakangku
Kulihat bayangmu diantara rerumputan yang menutup kesunyian
Aku ingin mencintaimu seperti hujan,
Yang airnya membasuh dedaunan di bumi yang retak
Yang airnya melawan ombak yang menelan kakimu merdu
Yang airnya menutup jilatan api di kemarau Agustus
Yang airnya menghapus jarak untuk menyentuh bayangmu
Yang airnya mengisi sebagian dari diriku yang hilang,
Yang baru saja kau ambil
Bandung, 20 Juli 2015.
0 komentar:
Posting Komentar