Jumat, 22 Mei 2015

Perempuan di Balik Hujan (A Story)

Sinopsis:

Dia selalu membangga-banggakannya. Dia selalu memamerkannya, memangnya kenapa? Kalau aku memilikinya, tak perlu berlebihan layaknya anak kecil yang dijanjikan balon oleh ibunya untuk sekedar “meredam” tangis sesaat.

Dia punya segalanya. Dia bisa memilikinya. Tapi aku? Aku punya orang-orang hebat di sekitarku…. Amih, Apih, Bang Leo, Mamang, Maryam, Lily, Hasan, Otong, Dilla, dan Rara.

Dia… ah sudahlah. Perempuan itu mencintai laki-laki yang sama. Dia tahu itu. Kita sama-sama tahu. Aku terluka, namun entah bagaimana dengan dia. Aku tak peduli lagi. Tapi sebagian diriku yang lain mengingkari untuk tak peduli dengan laki-laki itu. Aku mencintainya.

Hingga suat saat aku pergi menjauh, bukan karena tak sanggup melihat dia bersama dirinya. Tapi satu mimpi besarku menunggu disana, di daratan jauh ratusan kilometer darinya.
Saat aku kembali, apakah semuanya berbeda? Akankah berubah seperti dulu, sebelum “kamu” mengenal perempuan itu?

Karena aku percaya, waktu takkan tega menghianati….


Prolog: Aku Melihat Sketsa Wajahmu
 
Dia mengaduk-ngaduk kopi di hadapannya, setidaknya sejak beberapa menit lalu saat pandanganku tak sengaja tertuju ke arahnya. Namun tatapannya tak tertuju pada satu titik pun, ia membebaskannya. Entah apa yang sedang dipikirkan pria itu, nampaknya secangkir kopi yang ia pesan pun sudah terlanjur dingin. Ia sendirian di meja itu, hanya ditemani beberapa buah buku semacam jurnal dan satu buku agak tebal, dengan laptop setengah tertutup.

“Vin…”

Aku tersadar dari lamunanku sendiri, maksudku terbangun dari pikiranku yang menebak-nebak apa yang terjadi pada pria yang duduk tak jauh di depan meja kami.

“Kok bengong?” Maryam melambaikan tangan kanannya tepat di depan wajahku.

“Liat deh pria itu, kasian ya, lagi galau berat kayaknya.. sampe segitunya.”


“Haha, kamu dari tadi ngeliatin dia?”
balas Maryam.

Aku cuma mengedikkan bahu sebagai balasan pertanyaan Maryam tadi.
---

Hari itu adalah pertemuan yang sangat spesial dengan sahabatku Maryam, setelah tiga tahun kami berpisah dan masuk Universitas yang berbeda, di kota yang berbeda pula. Namun entah mengapa aku selalu tertarik memandang ke arah pria dengan tatapan kosong itu. Aku baru menyadari suatu hal dalam diri pria itu yang juga mirip dengan…. Seseorang di masa lalu yang udah membiarkan sekeping hati ini terluka, amat dalam.
Tapi aku buru-buru menghilangkan ingatan itu, karena aku sadar hari ini jarang banget bisa ditemukan.

Waktu untuk bertemu sahabat akan sangat berharga dibanding memikirkan hal yang “kurang” jelas. Tapi sebagian dari sel neuron ini menolak, tiba-tiba saja ingatanku melayang ke masa-masa itu, dua tahun yang benar-benar udah menguras banyak waktu, pikiran dan nyaris menghabiskan “sisa” perasaan di hidupku.



PS: kelanjutan kisahnya baca aja di kaskus yak.. hehe tapi belom tamat. mentok di tengah jalan :D

Related Posts:

  • Ulang Tahun (Fiksi) Mei, di Perayaan Ulang Tahunmu. Pagi itu kamu dalam tawa bahagiamu, lalu satu per satu dari sekelilingmu menjabat tanganmu, kamu tersenyum dan balas menyalami mereka. Kamu terlihat lebih cantik dengan gaun merah muda ber… Read More
  • Perempuan di Balik Hujan (A Story)Sinopsis: Dia selalu membangga-banggakannya. Dia selalu memamerkannya, memangnya kenapa? Kalau aku memilikinya, tak perlu berlebihan layaknya anak kecil yang dijanjikan balon oleh ibunya untuk sekedar “meredam” tangis sesaat.… Read More
  • Perempuan di Balik Hujan ~ Intro Cinta terkadang membingungkan. Ia bisa menjadi suatu bagian dalam mekanika klasik, sulit untuk menembus hati karena cinta begitu terlihat dan tampak nyata, ia tak bisa membedakan yang mana ilusi dan yang sungguh dapat dise… Read More
  • Perempuan di Balik Hujan Sambutan: Sepenggal cerita ini didedikasikan untuk sahabat ane, karena terinspirasi dari kisahnya, setengah non fiktif dan sisanya fiktif. Sahabat ane juga sudah mengizinkan cerita ini buat diposting. Nama yang digunakan … Read More
  • Untuk Kamu (Fiksi) Selamat pagi. Sudah rutinitasku menyapa kertas berukuran 5x6 cm itu, setidaknya sampai kertas itu lusuh, terkena air atau hilang. Tapi aku jamin kertas itu akan selalu aman padaku. Di dalamnya ada seorang yang memakai kebaya… Read More

0 komentar:

Posting Komentar